Selasa, 06 Maret 2012

(Kekeliruan) Nasionalisme Pada Produk Indonesia

Maaf jika artikel kali ini Out dari pembahasan artikel yang biasa di bahas oleh admin Cyber-Central. Admin mengira jika ada baiknya kita melihat secara lebih jelas apa yang benar-benar sedang terjadi di Indonesia. Admin mengangkat salah satu artikel di Kompasiana yang menurut admin patut dibaca bagi Sobat CC yang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi disekeliling kita.

Oke yuk kita simak pemabahasan dari Kang Aly dibawah: 

Menggugah Nasionalisme

"Aku Cinta Produk Indonesia"
1330924736637152663 Bicara Jargon tak pelak menggugah keyakinan batin. Menggugah rasa nasionalisme untuk mengkonsumsinya, memprioritaskan produk lokal ketimbang impor. Demikian yang kita pahami, mencintai produk Indonesia tak lain sedang berturut serta menyukseskan Pembangunan Nasional. Meski tak jelas bagaimana hubungannya, tapi sangat meyakininya.
Menelaah proses produksi yang dilihat dari sisi sumber dayanya, rasa syukur juga terperanjat pada Yang Esa. Limpahan kekayaan alam serta lapangan kerja yang tercipta, alhasil pengangguran dan kemiskinan dapat dientaskan dengan mengkonsumsi produk Indonesia. Apa perlu mengimpor bila bangsa sendiri dapat menyediakannya? Sejatinya inilah nasionalisme.

Nasionalisme?

"Belilah Produk Indonesia"
Bayangkan bila ini hanya permainan kata agar produk dagangannya laku. Barang lokal yang dibeli dari pengrajin dengan harga ratusan ribu, dapat dijual puluhan juta di pasaran internasional. Keuntungannya untuk siapa? Belum lagi mengenai perusahaan berjargon nasionalisme. Yang dilakukan adalah eksploitasi sumber daya alam dan manusia lokal, tapi keuntungannya?
Mengapa? Karena sistem Ekonomi Kekeluargaan (Pancasila) hampir mutlak ditinggalkan, terganti dengan sistem keserakahan. Tak pelak jargon-jargon demikian hanya alat eksploitasi terhadap nasionalisme, sedangkan tampang pengrajin dan pekerja lokal merupakan embel-embel pelengkapnya.
Lain hal dengan mereka yang berjiwa nasionalisme, nurani berperan. Meski bukan bangsa sendiri tapi mati-matian rela mengembangkan potensi lokal, yang keuntungannya diberikan kembali kepada para pekerja, pengrajinnya.

"Tidak peduli Bangsa dan Negaranya, selama yang dilakukan adalah untuk
kesejahteraan bersama, disitulah Nasionalisme bercikal bakal."

Menggugah ‘Nasionalisme’

"Bangga Pakai Produk Indonesia"
Teriakan Nasionalisme sebenarnya lebih layak didengungkan kepada para bos-bos pemilik saham. Setelah mendapat keuntungan darinya, adakah disertai niat untuk mengembalikannya kepada rakyat ini? Semisal mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan, ataupun mensejahterakan rakyat melalui fasilitas kesehatan dan pembangunan lingkungannya. Tentu bukan yang dilandaskan dengan perhitungan untung rugi lagi, karena bila demikian yang ada hanya Kapitalisme semata, bukan Nasionalisme lagi.
Bila gerakan Nasionalisme yang sudah dilakukan rakyat tidak disambut gayung oleh sang pemilik perusahaan, tak pelak Nasionalisme hanya sekedar ‘komoditas’ kata-kata untuk strategi pemasaran yang ampuh.
Lebih dalam mengenai Nasionalisme, seharusnya yang dibanggakan bukan pada hal-hal yang berbau lokalnya, melainkan apa dan seberapa besar yang dapat diberikan kembali pada lokalitas tersebut.
"Sebagai rakyat, diperlukan kejelian melihat kemana dan untuk apa 
aliran dana yang telah kita berikan setelah mengkonsumsi produknya."
 
Jika ingin melihat artikel asli klik disini 
 
 
Jika artikel ini bermanfaat bagi Sobat CC
Mohon Click "Thank" dibawah
 
 
THANK 
 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Telah Berkunjung Ke CyberCentral.
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Di Kotak Yang Tersedia.
Usahakan Jangan Memakai Anonim.
Terima Kasih.


[Admin CyberCentral]